Bokap Lagi Bokap Lagi. Bokap Lagi Bokap Lagi haiyaiyaiya hiya~~~~

By Ratna - January 30, 2016

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Meski sekarang sudang memasuki tahun 2016, postan gue di tahun 2015 baru dua biji. Kesannya kaya gimana gitu, sedih. Engga sedih juga, sih, tapi, ya gitu.

Ini mau nulis apa, sih.

Oke, jadi sekarang --di tahun ini-- gue bakal jadi mahasiswi semester akhir (yeeeeaayy *tebar confetti*) dan itu berarti gue harus berhadapan sama last boss. Benar sekali! Dia adalah...
se-ke-rip-si atau bahasa gaulnya "sesuatu yang ditakuti anak kuliahan semester akhir" /kepanjangan. Makanya pada suatu hari yang cerah, gue minta bokap untuk menemani gue beli buku referensi di Blok M. Sebenernya gue mau beli sendiri, tapi ngga boleh sama nyokap karena menurut beliau gue ngga apal jalan. Dih, apaan! orang gue apal! ...kayanya.

Jadi yaudah, tuh, gue sama bokap jalan ke Blok M. Engga jalan juga, sih, pake motor soalnya. Trus juga yang disuruh bawa motornya gue. Katanya, sih, biar gue apal jalan. Padahal mah gue udah apal! ...kayanya.

Setelah jalan yang panjang dan penuh lika-liku *tsah, akhirnya kita sampe di tempat tujuan. Herannya tempat itu belum begitu ramai (padahal udah jam 2). Gue ngga begitu musingin itu, sih, jadi yaudah jalan aja ke tempat buku. Sesampainya di toko buku, gue langsung beraksi. Gue mulai nanyain ke abang-abang/mba-mba jualan tentang buku yang gue cari. Odongnya, gue ngga tau judul bukunya apa dan siapa pengarangnya. Gue cuma pengin nyari buku yang isinya tentang (topik skripsi gue) yang sempat membuat beberapa orang --yang jualan buku-- agak bingung.

Setelah kurang lebih sejam mencari, gue mendapatkan buku tersebut. Cuma satu biji, sumpah! Tapi nyarinya lama banget. Ada kayanya ngiterin tempat buku buat dapetin buku yang di maksud. Tapi yaudah lah, yang penting dapet /lah.

Setelah selesai bertransaksi, bokap nanya 'mau kemana lagi?' dan gue jawab 'pulang'. Ya 'kan udah dapet buku, jadi gue (rencanya) mau langsung balik dan garap sekeripsi.

Namun bokap berkehendak lain.

"Papa mau liat kamera." kata bokap memalingkan pandangannya untuk menatap gue.
"Hah?"
"Papa mau liat kamera. Buat Wisnu. Di lantai tiga, ya?"

Tanpa menunggu jawaban gue, bokap langsung ngeloyor jalan nyari eskalator. Mau ngga mau gue ngikutin, karena gue ngga mungkin bisa pulang juga kalau kita cuma bawa satu motor dan gue ngga punya duit kan ya...

Akhirnya nyampe di lantai tiga dan bokap beneran nyamperin salah satu toko kamera (setelah beberapa lama ngelirik-lirik toko-toko kamera lain). Gue juga ngga tau kenapa bokap masuk ke toko kamera (ngga kamera juga, sih, tapi banyakan yang dipajang emang kamera) tersebut. Yang jaga di toko lumayan ganteng, sih. Gue mulai curiga.

"Mas, ada lensa Canon?" Bokap bertanya, nyamperin si mas-mas yang lumayan ganteng itu (MMYLGI).
"Oh! Ada, Pak!"Seru MMYLGI sambil membuka kaca etalase pajangannya dan mengeluarkan lensa (yang lumayan panjang) dari situ.

Bokap dengan sotoynya mengamati benda tersebut.

Kemudian bokap bertanya tentang kelebihan benda tersebut yang pastinya ditanggapi oleh MMYLGI dengan penjelasan detil yang gue ngga apal dan ngga ngerti. Namun, bokap menanggapinya dengan "Oh~". Nadanya sotoy banget, sumpah. Kalau orang awam ngedengerin conversation antara bokap dan MMYLGI, pasti mereka mikir kalau bokap mau beli. Padahal, ending dari percakapan ini sudah ditentukan sejak bokap menanyakan pertanyaan pertama tentang lensa. Gue sempet masang taruhan sama diri gue sendiri kalau ini pasti berakhir kaya yang udah udah.

Gue mesem-mesem gaje pas MMYLGI menanggapi semua pertanyaan bokap tentang kinerja benda tersebut. Udah ngga enak aja rasanya, dan pengin buruan beliin aer buat si MMYLGI karena doi terus-terusan ngomong non-stop sedangkan bokap hanya megangin kamera (yang udah dipasang lensa) dengan tampang 'keren-banget-nih-gue-mau-beli-ah'. MMYLGI sempat mengeluarkan beberapa lensa lain yang setipe namun lebih bagus kualitasnya dari lensa yang pertama. Tentunya, doi juga menjelaskan kegunaan benda tersebut.

Bokap nanya, "Yang lebih bagus dari ini semua yang mana?", yang direspon dengan sebuah tunjukkan ke salah satu lensa oleh MMYLGI dengan penjelasan lain yang gue ngga ngerti. Saat (akhirnya) doi berenti ngomong, gue langsung mepetin bokap dan ngebegal bisikin "Udah, Pah! Papa 'kan ngga mau beli!" dengan sangat pelan namun mengancam. Saat itu, gue sedang berusaha untuk menyelamatkan MMYLGI dari radang tenggorokan yang (sepertinya) bakal dia terima setelah ini. Gue juga berusaha buat menyelamatkan bokap dari daftar blacklist toko kamera ini! Hah! Kurang baik apa coba gue?

Namun, kebaikan gue tidak dihiraukan oleh bokap.

"Ini harganya berapa?"

Beliau malah nanya lagi.

Sakit. Hati gue sakit. Perih.

Karena gue orang yang pesimis, maka gue langsung berhenti mencoba menyelamatkan mereka setelah usaha gue gagal pada percobaan pertama. Gue ngga tau lagi. Gue merasa bersalah sama MMYLGI dan bokap. Tapi apa daya, kebaikan gue malah diabaikan. Sakit, pah! /apaan

Yaudah tuh, mereka masih berbincang kurang lebih 10 menit setelah pertanyaan barusan diajukan. Gue cuma duduk sambil mesem-mesem. Sedih.

Engga lama kemudian, bokap menyudahi ke-PHP-an ini dengan berkata "Yaudah, nanti saya bawa anak saya (ade gue) biar dia coba sendiri.". Gue langsung liat muka MMYLGI. Doi tersenyum. Tapi gue tau hatinya sakit. Bokap meminta kartu nama si MMYLGI. Maksudnya bukan kartu nama personal, melainkan kartu nama toko. Gue agak lega karena kayanya bokap beneran mau beli, karena udah meyakinkan dengan minta kartu nama toko. Namun perlu dicatat bahwa yang beli bukan bokap melainkan ade gue, dan itu pun si MMYLGI mesti ngulang penjelasan yang sama ke ade gue nantinya. Kasian. Maafkan aku gagal menolongmu, mas.

Setelah meninggalkan tempat itu, gue langsung tarik tangan bokap dan nyeletuk. "Papa parah banget dah itu mas-masnya disuruh ngomong panjang lebar dan ngga beli. Se engganya kasih permen, kek." lalu bokap tertawa kecil dan menjawab "Itu 'kan sudah tugasnya dia".

Ya ga gitu juga, men.

Untungnya, pada ke esokkan harinya, ade gue dan bokap beneran pergi ke toko itu buat beli lensa. Hah. Se engga nya bokap terselamatkan dari daftar blacklist. Namun gue ngga menjamin apakah si MMYLGI udah menyebarkan info ke semua toko di Blok M supaya 'ngga ngejelasin produk secara detil ke bapa-bapa ubanan yang kumisnya juga beruban karena nanti mulut bakal berbusa' apa belum. Gue ngga tau.

Dan kayanya, gue kalah bertaruh sama diri gue sendiri.

Dasar bokap.
Bokap lagi bokap lagi.
Haiyaiyaiya Hiya~~~~

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments